Jum’at 24 Oktober 2008, pukul 15.00 Pendaftaran kepanitiaan sudah berakhir, tetapi aku baru menyadari satu hari setelah penutupan…
“waduh, bisa kacau nih” itulah yang terpikirkan olehku saat membaca bahwa jadwal pendaftarannya berakhir pada tanggal 23 (oktober 2008) kemarin.
lalu bagaimana dong?, yah aku memberanikan diri bertanya pada empunya yang mengelola pendaftaran…
ketika masuk ruangan… waaaah… ternyata si mbaknya juga udah gak ada…
lalu… yaaa tanya sana-sini… dan akhirnya…
jeng jerejeng… ada yang terkait dengan pendaftaran ini.
“Bang, boleh nanya… pendaftaran kepanitiaannya masih bisa kan?”
“Ooo.. mau daftar ya, sebenarnya pendaftarannya udah tutup sejak kemarin sih,tapi gak papa kok, masih bisa daftar.”
“Alhamdulillah…”
“Isi formulir ini dulu ya”
.
setelah formulir aku isi,aku sadar ternyata niat baik itu masih ada kesempatan untuk mewujudkannya.
.
Lalu.. (sebenarnya mendaftar apa sih?) aku mulai berfikir, ini adalah sebuah komitmen (lagi-lagi komit euy 🙂 ) keinginanku terlibat dalam kepanitiaan PEKAN HIV AIDS memang tidak main-main.
Yaa aku pengin cari pengalaman gitu, mahasiswa kan harus punya banyak pengalaman, hehe…
.
“Nanti 10 menit lagi kita wawancara ya,” kata si abang yang menerima formulir ini
“Ya bang, oke.”
.
Pukul 16.10, Wawancarapun berlangsung dengan khidmat (kaya upacara aja nih)
.
Pertanyaan yang diajukan secara umum sama aja sama wawancara lainnya, perkenalan diri, pengalaman kepanitiaan, pengalaman organisasi, pengalaman training, skill&bakat, minatnya apa & kenapa milih itu, yaaa umu sih.
Tapi…
semua itu berubah saat…
si abang itu bertanya, “Apa arti kepanitiaan buat kamu?”
(aku langsung terdiam sejenak)
lalu aku mulai menata kalimat penjelasan yang bersumber entah dari mana (yang penting berasal dari kepalaku yang udah capek dari pagi tadi sibuk kuliah&praktikum).
“Arti kepanitiaan itu bagi ku adalah sekelompok orang yang bekerjasama secara terstruktur dan komit untuk melakukan sesuatu hingga mencapai apa yang telah ditargetkan.”
.
dengan kalimat yang singkat namun padat itu, si abang terdiam lalu tersenyum…
(didalam hatiku berkata, “ternyata, dalam kondisi yang penuh penat dan melelahkan itu, aku masih bisa berbuat & memberikan yang terbaik)
Akhirnya aku menyadari mengenai posting yang aku tulis beberapa hari yang lalu.
Semua hal yang sudah kita niatkan dengan hati yang ikhlas, jika kita komit untuk melakukannya hingga selesai, Insyaallah akan ada kemudahan dalam melewatinya.